Senin, 06 November 2017

Cinta sudah ditemukan!

As always, i'm writing every time the deadline is getting closer. 

('Deadline' adalah kata yang membuat penasaran, btw, karena saya pernah salah kaprah dan menyangka bahwa kata sebenarnya adalah 'dateline' dan orang mencandainya menjadi 'deadline', because you're dead when its coming.)

Anyway, it's been two years. 

Saya bukan lagi anak mahasiswa di ibukota, tidak lagi takut tesis (BHAY!), dan tidak lagi lajang... karena cinta sudah ditemukan. 

Cinta bernama G. 

Dan G ditemukan atas nama perjodohan, walau yang ngejodohin cuman tukeran nomer ponsel untuk dikasih masing-masing ke pihak yang dijodohin. Sisanya mudah. Hanya butuh lima bulan setelah kenalan untuk G ketemu orangtua dan empat bulan setelahnya G diikat secara hukum (dan perasaan, ahey) berjanji untuk tidak meninggalkan saya, tidak lalai memberikan nafkah, tidak menyakiti jasmani dan rohani, dan tidak pernah tidak mempedulikan saya. 

Hanya butuh waktu kurang dari setahun untuk mengenal, mempelajari, mencintai, dan meyakini bahwa saya dicintai.

Saya tidak pernah merasa bahwa saya tidak bisa hidup tanpa drama, namun saya adalah manusia yang perasaannya tidak pernah mudah. Cinta tidak pernah mudah dan mulus bagi saya. Melihat ini, seorang mentor pernah mengatakan bahwa bagi perempuan yang terpenting adalah perasaan dicintai daripada mencintai, bahwa perempuan akan cenderung mencintai mereka yang telah lebih dulu memberikan cinta. Dan saya menolak premis itu. Saya adalah pecinta dimana penting bagi saya bahwa saya adalah subjek bukan sekedar objek. Saya menolak mati-matian bahwa perempuan perlu menjadi the center of universe dari orang yang dia cintai untuk merasakan bahagia, karena kok wanita egosentris banget. Saya menolak, sampai saya bertemu G.

Dengan G segalanya mudah. Tidak banyak kata, tidak banyak bumbu-bumbu asmara, tidak banyak ini-maunya-kita-gimana. G hadir dengan satu hal sebagai palu godam yang bisa membuat pertahanan saya runtuh kapanpun juga. 

Tulus.

Bukan beliau dateng bawa-bawa penyanyi Tulus kesukaan saya. Tapi 'tulus' yang satu lagi, 'sincere'. 

Ketulusan G bukan main-main. Bukan sekedar yah-dia-baik-banget-aku-dianterin-kemana-mana. G tulus membuka kesempatan untuk mencintai dan dicintai dengan apa ada dirinya. G tulus, dan serius, untuk menjalani dan memperjuangkannya. G tulus meniatkan untuk menjadikan saya mitra hidupnya. 

Saya lemah pada kebaikan, dan lebih lemah lagi pada ketulusan. Saya menemukan orang yang juga menceburkan diri pada perasaan seperti saya ketika jatuh cinta. Saya yang selalu takut komitmen melakukan bungee jumping pada komitmen terbesar di hidup manusia selain lahir dan mati. 

Lompatan yang menghadiahi saya sahabat dan mitra paling bikin bahagia.

Tidak ada komentar: